YKAT Blog
Benarkah kita rindukan Allah?
Kadang-kadang, bila sebut tentang umrah atau haji, kita rasa sebak. Kita kata kita rindu nak jadi tetamu Allah. Kita kumpul duit, kita mohon visa, kita sanggup korbankan masa dan tenaga semata-mata nak "ziarah" Rumah Allah di Mekah. Bila dapat surat tawaran haji, kita menangis kegembiraan. Itu semua tanda rindu, tanda cinta yang kita rasa terhadap Allah. Tapi pernah tak kita tanya, kalau betul kita rindu Allah, kenapa al-Quran yang Allah turunkan untuk kita, kita tak baca? Kenapa kita rasa berat nak tadabbur, nak hayati kalam-Nya?
Dalam Al-Quran, Allah sudah terangkan banyak ibadah yang membentuk hubungan kita dengan-Nya.
- Solat -mencegah kita dari perbuatan mungkar. (Surah al-'Ankabut: 45)
- Zakat -menyucikan jiwa kita dari sifat kedekut, tamak dan cinta dunia. (Surah at-Taubah: 103)
- Umrah dan Haji - tandal rindu nak jumpa Allah. Kita sanggup korban duit, masa, tenaga sebab nak ziarah Rumah Allah.
Tapi di sebalik semua itu, rindu yang paling dekat, yang paling mudah diakses setiap hari sebenarnya adalah melalui al-Quran. Kalau kita mengaku cinta Allah, kita tak mungkin biarkan al-Quran sepi daripada hati dan hidup kita.
Cuba kita tengok kisah Nabi Musa dalam Surah Taha ayat 83-84. Allah tanya Nabi Musa kenapa dia datang cepat-cepat, meninggalkan kaumnya. Nabi Musa jawab, "Aku datang segera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau redha." Bayangkan, Nabi Musa, seorang nabi, antara manusia terbaik tp bila dipanggil Allah, dia tak tangguh, dia tak bertangguh-tangguh. Dia datang cepat-cepat, penuh rindu dan berharap kepada reda Allah. Kita pula, bagaimana? Adakah bila Allah panggil, kita pun segera menyahut, atau kita lebih suka menunggu, melengah-lengahkan, mencari seribu alasan?
Kita mungkin terasa, "Mana ada Allah panggil aku macam tu." Tapi hakikatnya Allah panggil kita hari-hari. Allah panggil kita melalui azan. Setiap kali azan berkumandang, itulah panggilan kasih sayang dari Allah. Hayya 'ala as-solah, hayya 'alal-falah, mari menuju kejayaan, mari bertemu Allah di atas sejadah. Tapi apa reaksi kita? kita bergegas tak macam Nabi Musa bergegas? Atau kita tetap leka, tetap tangguh-tangguh, tetap sibuk dengan dunia?
Kalau benar kita rindu Allah, cinta itu perlu dibuktikan. Bukan hanya dengan menangis di depan Kaabah, tapi juga dengan setia membuka al-Quran di rumah sendiri. Bukan hanya dengan niat nak pergi umrah, tapi juga dengan menjawab panggilan azan dengan segera. Rindu itu bukan sekadar rasa dalam hati, tapi tindakan dalam kehidupan. Allah tidak jauh. Kita saja yang perlu belajar bergegas menuju-Nya, sebagaimana kekasih-Nya bergegas tanpa berlengah.
Al-Quran bukan sekadar mushaf di rak. Ia adalah surat cinta dari Tuhan. Ia adalah ubat hati, panduan hidup, penguat jiwa, dan penghubung cinta antara hamba dan Pencipta. Setiap kali kita membuka dan cuba memahami (tadabbur) al-Quran, kita sebenarnya sedang menjawab panggilan Allah.
When you subscribe to the blog, we will send you an e-mail when there are new updates on the site so you wouldn't miss them.
Comments